- Back to Home »
- SOSIOLOGI XI IPS »
- Berbagai Kelompok Dalam Masyarakat Multikultural
Posted by : Muhammad Zamroni
Senin, Februari 13, 2012
Pendahuluan
Kelompok merupakan inti dari kehidupan
dalam masyarakat (Henslin, 2006, halaman 120). Hampir setiap aktivitas
individu anggota masyarakat dilakukan dalam kelompok. Bahkan, bagi
banyak orang, terputusnya hubungan dengan seluruh jaringan kelompok
secara total bermakna sama dengan sebuah hukuman mati. Kita menjadi
“diri kita” melalui keanggotaan kita dalam kelompok. Cara berfikir,
cara berperasaan, dan cara bertindak yang akhirnya menjadi identitas
kepribadian kita, dibentuk melalui kelompok, atau tepatnya berbagai
kelompok di mana kita menjadi anggotanya, atau kelompok yang kita
jadikan rujukan.
Klarifikasi Istilah Kelompok
Dalam kajian ini, yang paling pertama kita lakukan adalah mengklarifikasi istilah kelompok. Dalam pengetian sehari-hari (amic view)
kita menggunakan istilah kelompok untuk banyak hal yang dalam studi
sosiologi belum tentu memenuhi syarat untuk disebut kelompok. Dengan
kata lain, dalam konsep sosiologi (ethic view), tidak semua agregasi atau pengumpulan manusia dapat disebut sebagai kelompok.
Istilah kelompok pun memiliki makna yang
bermacam-macam. Horton dan Hunt paling tidak mengemukakan empat macam
pengertian kelompok. Pertama, kelompok sebagai setiap kumpulan manusia
secara fisik, misalnya sekelompok orang yang sedang menunggu [bus, lampu
hijau traffic light menyala, dibukanya loket, dan sebagainya]. Dalam
pengertian demikian, kelompok itu tidak memiliki ikatan kebersamaan
apa-apa, kecuali jarak fisik yang dekat. Banyak ahli sosiologi menyebut
kumpulan yang demikian sebagai agregasi atau kolektivitas.
Pengertian yang kedua, kelompok adalah
sejumlah orang yang memiliki persamaan ciri-ciri tertentu. Misalnya kaum
pria, kaum lanjut usia, anak-anak balita, para jutawan, para perokok,
pengguna facebook, dan sebagainya. Istilah yang tepat –menurut Horton
dan Hunt—untuk yang demikian ini sebenarnya adalah kategori saja, bukan
kelompok.
Pengertian ketiga, kelompok merupakan
sejumlah orang yang memiliki pola interaksi yang terorganisasi dan
terjadi secara berulang-ulang. Batasan ini tidak mencakup segenap
pertemuan yang terjadi secara kebetulan dan bersifat sementara, misalnya
antrean orang-orang yang membeli tiket menonton pertandingan sepak bola
atau pertunjukan musik.
Termasuk dalam pengertian yang ketiga ini
adalah keluarga, klik persahabatan, klub sepakbola, organisasi remaja
masjid, organisasi pemuda gereja, dan sebagainya.
Pengertian keempat (Horton dan Hunt
cenderung menggunakan ini), kelompok adalah setiap kumpulan orang yang
memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi.
Dengan menggunakan definisi ini, maka dua orang atau lebih yang berada
di suatu tempat dan sedang menunggu bus tidak dapat disebut sebagai
kelompok. Namun, jika mereka kemudian mengadakan percakapan, atau
interaksi dalam bentuk apapun, termasuk berkelahi, maka kumpulan orang
itu berubah menjadi kelompok.
Sebuah ilustrasi.
Sebuah bus yang penuh dengan penumpang;
apakah menjadikan kumpulan penumpang dalam bus tersebut sebagai
kelompok? Bayangkan apabila kemudian para penumpang bus itu mengalami
ancaman, misalnya ada seorang pembajak di antaranya? Atau kemudian di
antara pemuda dan pemudi yang merupakan bagian dari penumpang itu mulai
saling tertarik dan kemudian berinteraksi? Renungkan, mungkinkah
orang-orang dalam bus itu akhirnya menjadi kelompok?
Kriteria Kelompok
Robert Biersted seperti dikutip oleh
Kamanto Soenarto dalam bukunya Pengantar Sosiologi, mengemukakan tiga
kriteria untuk menganalisis kelompok, pertama: (1) ada atau tidaknya
kesadaran bahwa mereka memiliki jenis atau karakteristik yang sama, (2)
ada atau tidaknya interaksi di antara orang-orang di dalamnya, dan (3)
ada atau tidaknya organisasi atau ketentuan-ketentuan formal yang
mengatur aktivitas-aktivitas dalam kelompok, misalnya tentang rekruitmen
anggota, dan proses-proses yang lainnya.
Berdasarkan analisis menggunakan tiga
kriteria tersebut dalam masyarakat dikenal beberapa jenis atau macam
kelompok, yaitu: (1) asosiasi, (2) kelompok sosial, (3) kelompok
kemasyarakatan, dan (4) kelompok statisik.
Asosiasi
Asosiasi merupakan
kelompok yang memenuhi tiga kriteria Biersted tersebut. Suatu asosiasi
atau organisasi formal terdiri atas orang-orang yang memiliki kesadaran
akan kesamaan jenis, ada hubungan sosial di antara warga kelompok dan
organisasi.
Kelompok sosial (Social Groups)
Kelompok yang para anggotanya memiliki
kesadaran akan kesamaan jenis serta hubungan sosial di antara warganya,
tetapi tidak mengenal organisasi, oleh Biersted disebut sebagai kelompok
sosial.
kelompok kemasyarakatan (Societal Groups)
Kelompok kemasyarakatan merupakan
kelompok yang berisi orang-orang yang memiliki kesadaran jenis saja,
tidak ada hubungan sosial di antara orang-orang tersebut maupun
organisasi, disebut sebagai kelompok kemasyarakatan (societal groups).
Misalnya kelompok laki-laki, kelompok
perempuan. Orang sadar sebagai “sesama laki-laki” atau “sesama
perempuan”, namun tidak ada organisasi ataupun komunikasi di antara
mereka.
Kelompok statistik
Bentuk terakhir dari kelompok adalah
kategori atau kelompok statistik, yaitu kelompok yang terdiri atas
orang-orang yang memiliki kesamaan jenis (misalnya jenis kelamin, umur,
pekerjaan, dan sebagainya), tetapi tidak memiliki satu pun dari tiga
kriteria kelompok menurut Biersted. Sebenarnya kelompok statistik
bukanlah “kelompok”, sebab tidak memiliki tiga ciri tersebut. Kelompok
statistik hanyalah orang-orang yang memiliki kategori statistik sama,
misalnya kelompok umur (0-5 tahun, 6-10 tahun, dst.) yang dipakai dalam
data penduduk Biro Pusat Statistik. Dalam kelompok ini sama sekali tidak
ada organisasi, tidak ada hubungan antar-anggota, dan tidak ada
kesadararan jenis.
Macam-macam Kelompok
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya,
agaknya dapat diambil beberapa poin penting sebagai syarat-syarat suatu
pengumpulan manusia dapat disebut sebagai kelompok, yaitu (1) Setiap
individu harus merupakan bagian dari kesatuan sosial, (2) terdapat
hubungan timbal-balik di antara individu-individu yang tergabung dalam
kelompok, (3) adanya faktor-faktor yang sama dan dapat memperat hubungan
mereka yang tergabung dalam kelompok, seperti nasib yang sama,
kepentingan yang sama, tujuan yang sama, tempat tinggal yang sama, dan
sebagainya, (4) memiliki struktur atau kaidah, sehingga memiliki pola
yang teratur tentang perilaku, dan (5) bersistem dan berproses.
Kelompok yang paling sederhana mungkin adalah keluarga. Atau mungkin sebuah dyadic group
(kelompok diadik/duaan), misalnya orang yang berpacaran. Keluarga
ataupun berpacaran merupakan kelompok yang hampir setiap orang memiliki
atau mengalaminya. Dalam kelompok yang disebut keluarga, atau orang yang
berpacaran, kelima syarat tersebut dapat ditemukan.
Macam kelompok dalam keluarga, mulai dari
keluarga inti/batih, keluarga luas: bisa trah dalam masyarakat
bilateral (menganut perhitungan garis keturunan dari ayah dan ibu), atau
klen (semacam trah dalam masyarakat yang menganut sistem unilineal,
patrilineal atau matrileneal, kadang disebut marga). Untuk keluarga
inti atau batih, pada umumnya masih dapat memenuhi lima syarat tersebut,
tetapi kalau keluarga luas, trah atau klen/marga, dapat jadi sudah
sekedar memiliki ciri yang sama, yang terkadang juga tidak disadari.
Sebelum lebih lebih lanjut tentang
macam-macam kelompok, berikut ini akan dikemukakan beberapa dasar
pembentukan kelompok, yaitu (1) teritorial:
misalnya komunitas/masyarakat setempat: RT/RW. Desa, Kab/Kota, Provinsi,
dan Negara Bagian, Negara), (2) hubungan darah/keturunan (geneaologis):
misalnya keluarga inti, keluarga luas/trah, klan/marga, dan sebagainya,
dan (3) kepentingan atau dapat juga (4) minat, perhatian, keyakinan,
atau ideologi yang sama (semuanya dapat disbeut sebagai interest):
sekolah, kelompok arisan, kelompok profesi, kelompok politik, ekonomi,
pemerhati budaya, dan sebagainya.
Klasifikasi Merton
Robert K. Merton menjelaskan kelompok sebagai a number of people who interact with another in accord with established patterns (sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan). Kelompok tidak sama dengan kolektiva (collectivities),
yaitu sejumlah orang yang mempunyai solidaritas atas dasar nilai
bersama yang dimiliki serta adanya rasa kewajiban moral untuk
menjalankan peran yang diharapkan. Kelompok tidak sama dengan kategori
sosial (social categories), himpunan peran yang mempunyai ciri sama, misalnya jenis kelamin atau usia. Dalam kategori sosial tidak terdapat interaksi.
Klasifikasi Emmile Durkheim
Durkheim membedakan antara kelompok yang menganut solidaritas mekanik dan kelompok yang menganut solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan
ciri pada masyarakat yang masih sederhana di mana masing-masing anggota
dapat menjalankan peran yang dilakukan oleh orang lain (difusseness:
bersifat umum dan serba meliputi), sehingga tidak ada spesialisasi atau
pembagian kerja. Solidaritas organik merupakan ciri
pada masyarakat modern/industri/kota/kompleks di mana masing-masing
anggota memiliki fungsi dan peran yang khusus dalam hal tertentu saja.
Dalam solidaritas organik terdapat kesalingtergantungan
antar-bagian/anggota dalam kelompok.
Klasifikasi Ferdinan Tönnies
Tönnies membedakan antara “Gemeinschaft”
dengan Gesellschaft”. Gemeinschaft merupakan hubungan-hubungan yang
all intimate, private, and exclusive living together … is understood as
life in Gemainschaft (community). Terdapat 3 macam Gemainschaft: (1) by
blood, (2) of place, dan (3) of mind.
Gesselschaft (society) is public life, bersifat sementara (kontraktual), berdasarkan kepentingan tertentu, dan bersifat semu.
Tönnies juga menggunakan istilah kelompok
mekanik dan organik, tetapi dengan makna yang berbeda dari Durkheim.
Bagi Tönnies , gemainschat mrpakan kelompok organik, sedangkan
gesselschaft merupakan kelompok mekanik.
Klasifikasi Charles Horton Colley
Colley menjelaskan tentang primary group (kelompok primer), yaitu kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerjasama face to face (tatap
muka) yang intim (menjamin kesejahteraan emosional). Contohnya:
keluarga, teman bermain pada anak kecil, geng, rukun warga serta
komunitas pada orang dewasa.
Kondisi fisik kelompok primer: (1) tidak
cukup hanya hubungan saling mengenal saja, akan tetapi yang terpenting
adalah bahwa anggota-anggotanya secara fisik harus berdekatan, (2)
jumlah anggotanya harus kecil, sehingga mereka dapat saling kenal dan
saling tatapmuka, (3) hubungan di antara anggota-anggotanya relatif
permanen.
Sifat-sifat hubungan primer: (1) kesamaan
tujuan, masing-masing anggota mempunyai tujuan dan sikap yang sama,
sehingga masing-masing rela berkorban untuk kepentingan anggota kelompok
lainnya, (2) hubungan primer bersifat sukarela, sehingga pihak-pihak
yang bersangkutan merasa tidak ada tekanan-tekanan melainkan kebebasan,
(3) hubungan primer melekat pada kepribadian orang, sehingga tidak dapat
digantikan oleh yang lain, dan hubungan berlangsung di segenap aspek
kepribadian, termasuk perasaan.
Kelompok sekunder lebih besar daripada
kelompok primer, lebih bersifat anonim, lebih formal, dan lebih tidak
mempribadi (personal). Pada umumya didasarkan pada kepentingan, dan
berinteraksi atas dasar status sepesifik, misalnya kelompok berdasarkan
profesi, partai politik, organisasi siswa, organisasi mahasiswa,
dll. Berbagai cara orang memperoleh pendidikan, mencari nafkah, dan
menggunakan uang atau waktu luang cenderung melibatkan kelompok
sekunder.
Walaupun demikian, kelompok primer juga
sering dijumpai dalam kelompok sekunder. Meskipun kelompok sekunder
penting bagi kehidupan masa kini kita, tetapi kelompok sekunder sering
gagal dalam memberikan kesejahteraan emosional (terkait kebutuhan akan
ikatan-ikatan intim/perasaan). Oleh karena itu, kelompok sekunder
cenderung terbagi-bagi ke dalam kelompok primer. Maka: di sekolah dan di
tempat kerja orang-orang menjalin persahabatan.
Klasifikasi Sumner: ingroup dan outgroup
Sumner menyatakan bahwa
di antara anggota INGROUP dijumpai persahabatan, kerjasama,
keteraturan, dan kedamaian. Istilah lain: fraksi intern, qliques/klik.
Sedangkan terhadap OUTGROUP dijumpai adanya antogonisme, berupa
kebencian, permusuhan, bahkan perampokan, pembunuhan, ataupun perang.
Robert K Merton: kelompok membership dan reference.
Membership group: merupakan kelompok di
mana seseorang secara fifik tercatat sebagai anggota. Reference group/
kelompok acuan merupakan kelompok yang menjadi ukuran (acuan) bagi
seseorang yang bukan anggota kelompok untuk membentuk pribadi dan
perilakuannya. Seorang anggota partai politik tertentu yang
perolehan suara dalam pemilu memenuhi untuk menjadi anggota DPR,
akhirnya menjadi anggota DPR. Secara fisik ia tercatat sebagai anggota
DPR, sehingga DPR merupakan membership group baginya. Tetapi rujukan
perilaku, bahkan jiwa dan pikirannya tetap terikat oleh partai, maka
PARPOL di mana ia berasal merupakan reference group baginya.
Robert K Merton, membedakan dua macam
reference group (1) tipe normatif (normative), dan (2) tipe perbadingan
(comparison). Tipe normatif merupakan sumber nilai, dan tipe
perbandingan merupakan rujukan untuk memberikan status kepada
seseorang/kelompok.
Klasifikasi Weber: Kelompok formal dan informal
Pembagian kelompok yang lain adalah
KELOMPOK INFORMAL dan FORMAL. Suatu gejala yang menarik adalah adanya
keterkaitan antara KELOMPOK FORMAL dengan INFORMAL, bahwa dalam KELOMPOK
FORMAL dapat terbentuk KELOMPOK INFORMAL, dan nilai serta aturan
kelompok informal dapat bertentangan dengan kelompok formal.
Kelompok Tidak Teratur
Beberapa kelompok tidak teratur dapat
disebut di sini: kerumunan (crowd), massa, dan public. Beberapa yang
lain mungkin jejaring sosial (social networks).
1) Kerumunan
- Ukuran utama kerumunan adalah kehadiran orang secara fisik (berkumpul pada range sejauh mata melihat dan telinga mendengar)
- Tidak terorganisasi, tetapi dapat mempunyai pemimpin
- Identitas seseorang tenggelam dalam kerumunan
- Sifatnya spontan dan sementara, kerumunan akan bubar dengan perginya orang-orang dari kerumunan
- Tidak memiliki alat pengendalian sosial, norma yang berlaku besifat permukan
a) Khalayak penonton (pendengar formal/formal audience)
Kerumunan demikian mempunyai perhatian dan tujuan yang sama, misalnya penonton bioskop, pengunjung khotbah agama, dsb.
b) Kelompok ekspresif yang direncanakan (planned expressive group)
Kerumunan yang terdiri atas orang-orang yang mempunyai tujuan sama tetapi pusat perhatiannya berbeda-beda, misalnya kerumunan orang-orang yang berpesta
c) Kumpulan orang yang kurang menyenangkan (inconvinent aggregations)
Dalam kerumunan semacam ini kehadiran orang lain merupakan halangan bagi seseorang dalam mencapai tujuan. Misalnya: antre tiket, kerumunan penumpang bus, dst.
d) Kumpulan orang-orang yang panik (panic crowd)
Ialah kerumunan yang terdiri atas orang-orang yang menghindari bencana/ancaman. Misalnya pengungsi
e) Kerumunan penonton (spectator crowd)
Yaitu kerumunan orang-orang yang ingin melihat sesuatu atau peristiwa tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan formal audience, tetapi tidak terencana
f) Lawless crowd
Yaitu kerumunan orang-orang yang berlawanan dengan hukum, misalnya: acting mobs, yakni kerumunan orang-orang yang bermaksud mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik. Contoh lain: immoral crowd, seperti formal audience, tetapi bersifat menyimpang.
2) Massa
Massa merupakan kelompok tidak teratur yang mempunyai ciri-ciri mirip dengan kerumunan, tetapi terbentuknya disengaja atau direncanakan dengan persiapan (tidak spontan)
Misalnya aksi protes/demontrasi, orang-orang yang mengikuti kegiatan tertentu, seperti sepeda gembira
3) Publik
- Publik merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan.
- Interaksi terjadi tidak langsung melainkan melalui alat-alat komunikasi, seperti radio, televisi, internet, film, dsb.
- Alat-alat komunikasi menjadikan publik sebagai kelompok semu yang sangat besar, meskipun tidak merupakan kesatuan
- Dasar ikatan publik dapat berupa nilai-nilai sosial atau tradisi tertentu
Jika Anda adalah
anggota dari sebuah kelompok besar, mungkin akan menjalin hubungan yang
teratur dengan “beberapa orang “ dari kelompok tersebut. Kaitan
antara orang-orang dengan orang-orang dalam klik mereka, keluarga,
teman, kenalan, termasuk juga “temannya teman”, dalam studi sosiologi
disebut social networks (jejaring sosial). Suatu jejaring sosial
dapat dibayangkan dengan garis-garis yang menjulur keluar dari diri
Anda, yang secara bertahap semakin mencakup banyak orang
Para perwira intelejen AS menggunakan
analisis social networks untuk penangkapan Sadam Hussein.
Perwira-perwira itu menyusun “people map”, dengan foto SH di pusat
sasaran dan foto-foto orang dekat SH di sekitarnya, ada yang di
lingkaran dalam (intim) dan luar. Informasi keberadaan SH diperoleh
dari orang-orang yang berada di luar lingkaran intim, karena orang-orang
di dalam lingkaran intim akan menyimpan rahasia
Komunitas = Masyarakat Setempat- Merupakan bagian masyarakat yang tinggal pada suatu wilayah (geografik) dengan batas-batas tertentu dengan faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar di antara anggota-anggotanya daripada interaksi mereka dengan orang-orang dari luar wilayah (Robert mciver dan Charles Horton Page)
- Dasar: (1) Lokalitas: satuan wilayah (geografik), (2) Community sentiment: perasaan saling dekat engan orang-orang yang sekomunitas
- Unsur-unsur community sentiment: (1) seperasaaan, unsur ini muncul akibat dari warga komunitas mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang yang ada di dalam komunitas, sehingga muncul kelompok kami dan perasaan kami yang pada giliran berikutnya memunculkan altruisme, kepentingan-kepentingan diri diselaraskan dengan kepentingan komunitas), (2) SEPENANGGUNGAN, setiap individu sadar akan perannya dalam kelompok, dan (3) SALING MEMERLUKAN, individu satu memerlukan individu lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
- Penggunaan istilah komunitas dalam masyarakat berkembang menjadi tidak hanya untuk satuan sosial dengan kategori utama kesatuan wilayah, tetapi juga kesukaan (hobi), minat dan perhatian yang sama, dll. Faktor utamanya: hubungan yang lebih dekat/interaksi yang lebih besar di antara para anggota-anggotanya
Terakhir akan disampaikan tekanan
pengertian tentang kelompok formal atau asosiasi, agar para siswa mudah
membedakannya dengan kelompok sosial.
Kelompok Sosial |
Perkumpulan (asosiasi) |
Kelompok primer | Perkumpulan sekunder |
Gemainschaft | Gesellschaft |
Hubungan familistik | Hubungan kontraktual |
Dasar organisasi adat | Dasar organisasi buatan |
Pimpinan berdasarkan kewibawaan/charisma | Pimpinan berdasarkan wewenang dan hukum |
Hubungan berasas perorangan | Hubungan berasas guna/kepentingan dan anonim |
Robert M.Z. Lawang mengemukakan ciri-ciri organisasi formal (asosiasi) sebagai berikut:
(1) bersifat persistent (tetap/terus menerus),
(2) memiliki identitas kolektif yang tegas,
(3) memiliki daftar anggota yang rinci,
(4) memiliki program kegiatan yang terus menerus, dan
(5) memiliki prosedur keanggotaan.
Demikianlah, tulisan ini merupakan bahan ajar untuk kajian tentang kelompok dalam konteks pembahasan lebih luas yaitu masyarakat multikultural. Semoga dapat membantu para siswa untuk mempelajari kelompok.
Rujukan:
Agus Santosa. 2010. Seri Bimbingan Belajar: Sukses Ujian Sosiologi. Bogor: PT Yudhistira
Henslin, James M. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi Edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Horton, Paul B, dan Hunt Chester L. 1984. Sosiologi Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (Ed). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media Group.
Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Yasayan penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Soerjono Soekanto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi 1987. Jakarta: Rajawali Pers.
Sumber: Klik Disini