- Back to Home »
- SOSIOLOGI XI IPS »
- Dimensi Gerakan Sosial, Perilaku, dan Perilaku Kolektif Dalam Hubungan Antar-Kelompok
Posted by : Muhammad Zamroni
Senin, Februari 13, 2012
Tulisan ini lanjutan dari tulisan
sebelumnya, yaitu Perkembangan dan Dinamika Hubungan Antar-Kelompok,
yang merupakan bahan ajar kelas XI IPS. Saya merasa perlu segera
menuliskan bahan ajar yang dibelajarkan pada Kamis, 10 Maret 2011 yang
tidak optimal karena tiba-tiba listrik padam, karena ini merupakan
bagian akhir dari bahan ajar yang akan diulangantengahsemesterkan mulai
22 Maret 2011.
Dimensi Gerakan Sosial (social movement)
Hubungan antar-kelompok, baik yang
berbentuk hubungan antar-ras, antar-etnik, antar-agama, antar-generasi,
antar-jenis kelamin, antara penyandang cacat mental atau fisik dengan
mereka yang sehat jasmani atau rohani, ataupun antara orang-orang
konformis dengan para penyimpang, sering melibatkan gerkan sosial, baik
yang diprakarsai oleh pihak-pihak yang menginginkan perubahan maupun
oleh pihak-pihak yang mempertahankan keadaan.
Contoh gerakan sosial adalah seperti yang
diberitakan dalam Majalah Times 13 November 1989 bahwa kaum homoseks di
Amerika Serikat memperjuangkan hak untuk menjadi rohaniawan agama
Katholik dan berbagai sekte dalam agama Protestan, untuk menjadi anggota
angkatan bersenjata, dan untuk menjadi guru di sekolah.
Di berbagai negara kita juga sering
mendengar kaum perempuan berorganisasi dalam gerakan pembebasan kaum
perempuan dan menentang praktik diskriminasi serta pelecehan seksual.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan gerakan sosial?
Gerakan sosial merupakan suatu aliansi
sosial sejumlah besar orang yang berserikat untuk mendorong ataupun
menghambat suatu segi perubahan sosial dalam suatu masyarakat. Gerakan
sosial merupakan salah salah satu bentuk perilaku kolektif, tetapi
berbeda dengan perilaku kolektif pada umumnya. Pada gerakan sosial
ditemukan adanya “tujuan dan kepentingan bersama”. Pada perilaku
kolektif pada umumnya, setelah para supporter sepak bola itu merusak
stadion dan mobil-mobil yang diparkir, stasiun kereta api, atau
fasilitas umum lainnya, karena tidak mempunyai tujuan dan kepentingan
bersama, kemudian berhenti begitu saja.
Gerakan sosial ditandai oleh adanya
tujuan jangka panjang, yaitu untuk mengubah atau mempertahankan keadaan
tertentu atau institusi yang ada di dalam masyarakat. Sepertihalnya
gerakan mahasiswa Indonesia pada tahun 1965-1966 yang dilancarkan hampir
setiap hari, bertujuan mengubah kebijakan ekonomi pemerintahan
(pembubaran kabinet, penurunan harga, dan pembubaran Partai Komunis
Indonesia). Gerakan mahasiswa di Amerika Serikat menentang perang
Vietnam pada akhir tahun 1960an dan awal tahun 1970an baru berakhir
setelah pasukan Amerika Serikat meninggalkan Vietnam Selatan. Contoh
lain, gerakan mahasiswa di China yang akhirnya ditindas dengan kekuatan
militer di lapangan Tienanmen, merupakan upaya untuk memperjuangkan
demokratisasi di Republik Rakyat China. Demikian juga Green Peace yang
merupakan gerakan sosial internasional yang melawan semua praktik yang
menurut mereka akan mengancam pelestarian lingkungan hidup.
Ada ciri lain yang dikemukakan para
sosiolog, bahwa gerakan sosial dalam melakukan perjuangannya mengambil
cara-cara yang berada di luar institusi, misalnya pemogokan, pawai dan
demonstrasi tanpa izin, mogok makan, intimidasi, konfrontasi dengan
aparat keamanan, dan sebagainya.
Gerakan sosial bermacam-macam bentuknya.
Apabila dilihat berdasarkan tipe perubahan dan besarnya perubahan yang
dikehendaki, maka adalah
- Alternative Social Movements
- Redemtive Social Movements
- Reformative Social Movements
- Transformative Social Movements
Perhatikan tabel berikut!
Tipe Perubahan Yang Dikehendaki | |||
Perubahan Perorangan | Perubahan Sosial | ||
Besarnya Perubahan Yang Dikehendaki | Perubahan Sebagian | ALTERNATIVE SOCIAL MOVEMENTS | REFORMATIVE SOCIAL MOVEMENTS |
Perubahan Menyeluruh | RODEMPTIVE SOCIAL MOVEMENTS | TRANSFORMATIVE SOCIAL MOVEMENTS |
Keterangan tabel:
- Alternative Social Movements, merupakan gerakan sosial yang menginginkan perubahan pada sebagian perilaku perorangan, misalnya gerakan anti-merokok, anti-narkoba, kampanye anti AIDS, dan sebagainya.
- Redemptive Social Movements, merupakan gerakan sosial yang menginginkan perubahan menyeluruh pada perilaku perorangan, misalnya gerakan agar orang-orang untuk bertobat dan mengubah cara hidupnya dengan lebih merujuk pada ajaran agama
- Reformative Social Movements, merupakan gerakan sosial yang menginginkan perubahan pada segi-segi tertentu masyarakat, misalnya gerakan kaum perempuan untuk memperoleh hak-haknya sama dengan kaum laki-laki, gerakan kaum homoseks untuk mendapatkan pengakuan akan gaya hidup mereka, dan sebagainya.
- Transformative Social Movements, merupakan gerakan sosial yang menginginkan perubahan menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya gerakan kaum Khmer Merah yang ingin mengubah masyarakat Kamboja sebagai masyarakat komunis, Revolusi di Uni Soviet tahun 30-an, Revolusi China pada tahun 1949, dan sebagainya.
Klasifikasi lain tentang gerakan sosial
dikemukakan oleh Kornblum, yaitu (1) revolutionary movements, (2)
Reformist Movements, dan (3) conservative movements.
Revolutinary Movements merupakan
jenis gerakan sosial yang menginginkan perubahan yang menyeluruh pada
sendi-sendi kehidupan masyarakat, baik itu sistem sosial, sistem budaya,
sistem ekonomi, maupun sistem politiknya.
Misalnya, revolutionary Movements
masyarakat Rusia pada tahun 1917 yang berhasil mengubah sistem sosial,
budaya, ekonomi, maupun politik Rusia menjadi sistem komunis. Demikian
juga yang terjadi di China pada 1949. Kedua peristiwa ini memenuhi
syarat revolusi yang dikemukakan oleh Antony Giddens, bahwa sebuah
revolusi itu; (1) melibatkan gerakan sosial secara massal, (2)
menghasilkan proses reformasi atau perubahan, dan (3) menggunakan
ancaman dan kekerasan.
Reformative atau reformist Movements
merupakan gerakan sosial yang menginginkan perubahan pada segi-segi
tertentu kehidupan masyarakat. Misalnya gerakan Boedi Oetomo (1908) atau
Syarikat Islam (1912) yang menginginkan terpenuhinya hak-hak memperoleh
pendidikan di kalangan pribumi.
Sedangkan conservative movements, merupakan gerakan sosial yang mempertahankan suatu keadaan atau isntitusi yang ada dalam masyarakat.
Dimensi perilaku dan perilaku kolektif
Dimensi perilaku dalam hubungan
antar-kelompok dapat berupa diskriminasi atau menempatkan
anggota-anggota kelompok lain dalam jarak sosial tertentu.
Diskriminasi merupakan the differential treatment (perlakuan
yang berbeda) terhadap orang-orang yang memiliki kategori tertentu.
Kriteria tertentu ini bisa warna kulit dan ciri-ciri fisik-biologis yang
lain (ras, jenis kelamin, penyandang cacat tertentu), agama, daerah,
etnik, kelompok sosial, dan sebagainya.
Dalam banyak masyarakat dan negara sering
kaum perempuan lebih kesulitan memperoleh hak-haknya dalam pendidikan
dan pekerjaan daripada kaum laki-laki.
Apa yang dimaksud dengan jarak sosial (social distance)?
Diskriminasi yang merupakan perlakuan
berbeda terhadap orang-orang berkategori tertentu, akan menghasilkan
jarak sosial, yaitu derajat penerimaan atau kesediaan untuk menerima
orang-orang berkategori tertentu, dalam hal pertemanan, menikah, bekerja
di kantor yang sama, menjadi anggota dalam tim kerja tertentu,
bertetangga atau tinggal dalam satu kawasan, atau sekedar kenal saja,
dan sebagainya.
Salah satu indicator jarak sosial adalah
perilaku menjauhi orang-orang dari kelompok tertentu. Pernikahan antar
etnis akan menunjukkan jarak sosial tertentu di antara kelompok etnis
yang bersangkutan, karena pernikahan tidak saja akan menyatukan seorang
laki-laki dengan seorang perempuan yang berbeda etnis itu, melainkan
juga para kerabatnya. Kesediaan orang tua menerima menantu dari etnis
lain menunjukkan tidak adanya jarak sosial yang jauh. Bandingkan dengan
perilaku endogamy pada beberapa kelompok. Demikian juga perilaku
berteman di antara orang-orang yang berbeda etnis atau berbeda agama
atau kategori yang lain.
Apa yang dimaksud dengan perilaku kolektif?
Kecenderungan orang-orang adalah
berperilaku dengan berpedoman pada institusi yang berlaku. Perilaku
orang-orang di pasar akan berpedoman pada institusi ekonomi, demikian
juga perilaku orang ketika di mimbar politik, akan memedomani
ketentuan-ketentuan pada isntitusi politik. Ketika seseorang masuk ke
dalam sebuah masjid, maka perilaku orang itu pun akan menyesuaikan diri
dengan ketentuan-ketentuan baku cara berperilaku di masjid.
Namun, terkadang kita melihat sejumlah
anggota masyarakat secara berkelompok atau berkerumun menampilkan
perilaku yang tidak berpedoman pada institusi yang ada, misalnya
sekelompok massa menghacurkan tempat ibadah dari agama yang berbeda
dengan mereka, supporter sepakbola merusak stadium dan fasilitas umum
serta kendaraan yang diparkir di sekitarnya, sekolompok orang menyerang
desa yang diidentifikasi merupakan tempat praktik ajaran yang mereka
anggap sesat, dan sebagainya.
Termasuk dalam perilaku kolektif adalah
perilaku para nasabah bank berbagai kota yang menarik dananya. Pada
tahun 1992, ketika Bank Summa kalah kliring dan izin operasinya dicabut
oleh pemerintah, maka isu bahwa bank swasta lain juga akan mengalami hal
yang sama, mendorong orang-orang (nasabah bank) di berbagai kota
beramai-ramai mendatangi bank di mana mereka menjadi nasabahnya untuk
menarik dana yang ia simpan, baik dalam bentuk rekening tabungan,
deposito berjangka, rekening Koran, dan memindahkannya ke bank-bank
milik pemerintah. Demikian juga, ketika terdengar isu, pemerintah akan
mendevaluasi rupiah, orang-orang pun berduyun-duyun membelanjakan
uangnya untuk memborong barang atau ke bank untuk menukarkan uangnya
dengan valuta asing.
Dari contoh-contoh tersebut kita dapat
mengambil pengertian tentang perilaku kolektif sebagai perilaku yang (1)
dilakukan oleh sejumlah besar orang secara bersama-sama, (2) tidak
bersifat rutin, dan (3) merupakan tanggapan terhadap rangsangan
tertentu.
Untuk lebih dapat memahami tentang
perilaku kolektif, coba renungkan peristiwa-peristiwa yang baru saja
terjadi di masyarakat kita, misalnya (1) peristiwa penyerangan terhadap
warga Ahmadiyah di berbagai tempat, (2) peristiwa kerusuhan di
Temanggung, (3) gerakan massa menentang pemilhan pengurus PSSI, dan
sebagainya.
Sumber:
Kamanto Sunarto. 200. Pengantar Sosiologi Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit FE UI.
Source: Klik Disini