- Back to Home »
- SOSIOLOGI XII IPS »
- Perubahan Sosial, Modernisasi, dan Pembangunan
Posted by : Muhammad Zamroni
Senin, Februari 13, 2012
Pengantar
Sebagaimana telah dinyatakan oleh Comte,
sosiologi dibedakan menjadi sosiologi statik dan sosiologi dinamik.
Walaupun kajian sosiologi di sekolah menengah lebih menekankan segi-segi
statika, seperti pada pokok bahasan struktur sosial, kelompok dan kelas
sosial, institusi, nilai dan norma, dan sebagainya, tetapi sebenarnya
juga telah menyentuh aspek-aspek dinamik atau perubahan-perubahan yang
terjadi pada masyarakat, seperti hubungan dan dinamika kelompok sosial
dalam masyarakat majemuk dan mobilotas sosial, sertu tentu saja kajian
spesifik tentang perubahan sosial, modernisasi, dan pembangunan.
Apa yang dimaksud dengan perubahan sosial?Kingsley Davis memberikan pengertian bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi masyarakat, sedangkan Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap, pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Bagaimana kalau perubahan sosial dibandingkan dengan perubahan kebudayaan?
Secara singkat dapat dibedakan bahwa,
perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada struktur dan
proses sosial (konfigurasi dan hubungan di antara unsur-unsur sosial),
sedangkan perubahan kebudayaan terjadi pada struktur kebudayaan
(nilai/idea, pola bertindak, dan artefak).
Apabila menggunakan pemikiran struktur
kebudyaan, maka ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas daripada
perubahan sosial. Perubahan sosial terbatas pada perubahan sistem
tindakan (sistem sosial), sedangkan perubahan kebudayaan meliputi semua
perubahan pada aspek kebudayaan masyarakat, yang meliputi (1) sistem
idea, (2) sistem sosial, dan (3) sistem artefak. Namun, apabila
menggunakan pendekatan bahwa masyarakat dan kebudayaan merupakan dwi
tunggal, sehingga masyarakat merupakan wadah dan kebudayaan merupakan
isi, maka perubahan sosial lebih luas ruang lingkupnya daripada
perubahan kebudayaan. Karena perubahan sosial akan meliputi semua
perubahan yang terjadi pada masyarakat. Perubahan kebudayaan merupakan
perubahan pada isi. Sehingga, perubahan kebudayaan merupakan bagian dari
perubahan sosial.
Lepas dari beda sudut pandang tentang ruang lingkup perubahan sosial
dan perubahan kebudayaan, yang lebih penting diketahui adalah hubungan
di antara keduanya.
Pernahkan Anda membayangkan, perubahan
interaksi sosial dari bersifat otoriter menjadi ekualiter apakah mungkin
terjadi apabila tidak didahului oleh adanya perubahan nilai-nilai
berkenaan dengan tanggapan orang terhadap orang lain dari yang bersifat
vertikal (feodal) menjadi horizontal (demokratis)?Kemudian apa yang
terjadi apabila dalam masyarakat terjadi perubahan-perubahan unsur
kebudayaan seperti seni tari, seni musik, dan seterusnya, apakah akan
mempengaruhi unsur-unsur sosial? Bandingkan dengan ketika suatu negara
mengubah undang-undang dasarnya, apakah akan diikuti oleh
perubahan-perubahan pada struktur dan proses sosial?
Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik
semacam kesimpulan bahwa perubahan sosial selalu diawali oleh perubahan
kebudayaan. Tetapi tidak semua perubahan unsur kebudayaan diikuti oleh
perubahan sosial, hanya perubahan-perubahan unsur kebudayaan yang
fundamental saja yang diikuti oleh perubahan sosial. Misalnya perubahan
undang-undang dasar. Perubahan unsur-unsur seni tidak akan diikuti oleh
perubahan sosial, karena tidak bersifat fundamental.
Mengidentifikasi perubahan sosial
Perubahan sosial dapat diketahui bahwa
telah terjadi dalam masyarakat dengan membandingkan keadaan pada dua
atau lebih rentang waktu yang berbeda. Misalnya struktur masyarakat
Indonesia pada masa pra kemerdekaan, setelah merdeka, orde lama, orde
baru, reformasi, dst.
Yang harus dipahami adalah bahwa suatu
hal baru yang sekarang ini bersifat radikal, mungkin saja beberapa tahun
mendatang akan menjadi konvensional, dan beberapa tahun lagi akan
menjadi tradisional.
Bahwa perubahan sosial dapat dipastikan terjadi dalam masyarakat, karena adanya ciri-ciri sebagai berikut.- Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang, setiap masyarakat pasti berubah, hanya ada yang cepat dan ada yang lambat
- Perubahan yang terjadi pada lembaga sosial tertentu akan diikuti perubahan pada lembaga lain
- Perubahan sosial yang cepat akan mengakibatkan disorganisasi sosial
- Disorganisasi sosial akan diikuti oleh reorganisasi melalui berbagai adaptasi dan akomodasi
- Perubahan tidak dapat dibatasi hanya pada bidang kebendaan atau spiritual saja, keduanya akan kait-mengkait
Perubahan Siklus dan Linier
Perubahan siklus
Perubahan-perubahan berpola siklus diterangkan antara lain oleh Arnold Toynbe, Oswald Spengler, dan Vilfredo Pareto, bahwa masyarakat berkembang laksana suatu roda, kadangkala naik ke atas, kadang kala turun ke bawah. Spengler dalam bukunya The Decline of The West menyatakan bahwa kebudayaan tumbuh, berkembang dan pudar laksana perjalanan gelombang yang muncul mendadak, berkembang, kemudian lenyap
Perubahan linier
Perubahan berpola linier dianut oleh Comte, Spencer, Durkheim, Weber, Parsons, dst., bahwa kemajuan progresif masyarakat mengikuti suatu jalan yang linier, dari suatu kondisi ke kondisi lain, misalnya dari tradisional menjadi modern, dari agraris ke industria, atau sebagaimana yang dikemukakan oleh Alvin Tofler bahwa masyarakat akan bergerak dari masyarakat gelombang I yang agraris, menuju ke gelombang II yang industrial, dan akhirnya gelombang III masyarakat informasi, dan sebagainya.
Evolusi dan Revolusi
Evolusi merupakan perubahan yang berangsung secara lambat. Menurut uniliniar theory of evolution , evolusi berlangsung melalui tahap-tahap evolusi tertentu, menurut universal theory of evolution, perubahan yang terjadi secara lambat dan mengikuti garis evolusi tertentu, sedangkan menurut multilineal theory of evolution, perubahan evolusi tidak mengikuti tahap atau garis evolusi tertentu, karena perubahan pada suatu unsur dapat mengakibatkan perubahan pada unsur lain, sehingga bersifat multilineal.
Sedangkan, revolusi merupakan perubahan yang berlangsung cepat, radikal, dan/atau menyangkut nilai-nilai dan unsur-unsur yang mendasar.
Revolusi dapat berlangsung dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, maupun kebudayaan. Dalam kehidupan politik, revolusi politik terjadi apabila: (1) ada keinginan umum, (2) ada pemimpin, (3) pemimpin tadi dapat menampung aspirasi, (4) pemimpin tadi dapat menunjukkan tujuan yang konkrit maupun yang abstrak paska revolusi, dan (5) ada momentum yang tepat. Dapat dibayangkan, Revolusi Indonesia pada 17 Agustus 1945, dapat terjadi karena adanya momentum yang tepat, pembomam Hiroshima dan Nagasaki yang membuat Jepang lumpuh.
Perubahan Progresif dan regresif
Perubahan progresif merupakan perubahan ke arah kemajuan, sedangkan regresif merupakan perubahan menuju kea rah keadaan yang lebih buruk (mundur).
Peubahan intended (diinginkan) dan unintended (tidak diinginkan)
Perubahan intended merupakan perubahan yang diinginkan atau direncanakan (planned change), misalnya pembangunan, sedangkan unintended merupakan perubahan-perubahan yang tidak diinginkan (dapat berupa dampak dari suatu perubahan).
Mengapa masyarakat mengalami perubahan?
Masyarakat mengalami perubahan disebabkan oleh baik faktor-faktor yang bersifat internal maupun eksternal, baik yang bersifat material ataupun nonmaterial/ideologis.
David Mc Clelland menyebut faktor hasrat meraih prestasi (n-Ach = need for achievement) sebagai faktor perubahan, sedangkan Alvin Betrand menyebut faktor komunikasi sebagai faktor perubahan yang penting.
Faktor-faktor penyebab perubahan
Apabila dibedakan menurut asal faktor, maka faktor-faktor penyebab perubahan dapat dibedakan antara faktor-faktor internal dan eksternal.
Faktor-faktor eksternal, atau faktor-faktor yang beasal dari luar masyarakat, dapat berupa: (1) pengaruh kebudayaan masyarakat lain, yang meliputi proses-proses difusi (penyebaran unsur kebudayaan), akulturasi (kontak kebudayaan), dan asimilasi (perkawinan budaya), (2) perang dengan negara atau masyarakat lain, dan (3) perubahan lingkungan alam, misalnya disebabkan oleh bendana.
Faktor-faktor internal, merupakan faktor-faktor perubahan yang berasal dari dalam masyarakat, misalnya (1) perubahan aspek demografi (bertambah dan berkurangnya penduduk), (2) konflik antar-kelompok dalam masyarakat, (3) terjadinya gerakan sosial dan/atau pemberontakan (revolusi), dan (4) penemuan-penemuan baru, yang meliputi (a) discovery, atau penemuan ide/alat/hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumny (b) invention, penyempurnaan penemuan-penemuan pada discovery oleh individu atau serangkaian individu, dan (c) inovation, yaitu diterapkannya ide-ide baru atau alat-alat baru menggantikan atau melengkapi ide-ide atau alat-alat yang telah ada.
Faktor material dan immaterial
Faktor-faktor penyebab perubahan menurut jenisnya dapat dibedakan antara faktor-faktor yang bersifat material dan yang bersifat immaterial. Faktor-faktor yang bersifat material, meliputi: (1) perubahan lingkungan alam, (2) perubahan kondisi fisik-biologis, dan (3) alat-alat dan teknologi baru, khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Sedangkan faktor-faktir yang bersifat nonmaterial, meliputi: (1) ilmu pengetahuan, dan (2) ide-ide atau pemikiran baru, ideologi, dan nilai-nilai lain yang hidup dalam masyarakat.
Max Weber menyatakan bahwa industrialisasi dan modernisasi di Eropa Barat pada abad ke-19 bersumber pada pandangan hidup agama Kristen Protestan (baca: Weber dalam The Protestan Ethic and The Spirit of Capitalism). Robert N. Bellah mengkaji tentang pengaruh agama Tokugawa terhadap perkembangan Jepang yg menghasilkan Restorasi Meiji. Ajaran Tokugawa: tentang bekerja keras dan menghindari pemborosan waktu, hidup hemat, serta jujur.
Di samping dikenal adanya faktor penyebab perubahan, berikut diidentifikasi tentang faktor-faktor pendorong dan penghambat perubahan.
Faktor pendorong perubahan:
- Kontak/komunikasi dengan kelompok/kebudayaan lain
- Pendidikan yang maju
- Need for Achievement (n-Ach)
- Sikap menghargai orang lain dan kebudayaannya
- Toleransi
- Struktur sosial (stratifikasi) terbuka
- Penduduk yang heterogen
- Ketidakpuasan terhadap keadaan
- Orientasi ke masa depan
- Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
- Perkembangan IPTEK yang terhambat
- Sikap masyarakat yang tradisional
- Vested interested
- Ketakutan akan terjadi kegoyahan dalam sistem sosial apabila terjadi perubahan
- Prasangka terhadap hal baru
- Hambatan ideologis (nilai sosial)
- Hambatan adat dan tradisi
Modernisasi merupakan proses menjadi modern. Istilah modern berasal dari kata modo yang artinya yang kini. Sehingga, modernisasi dapat diartikan sebagai cara hidup yang sesuai dengan situasi yang kini ada, atau konteks masa sekarang. Apabila cara hidup suatu masyarakat seperti yang diwariskan oleh nenek-moyang atau generasi pendahulunya, masyarakat tersebut disebut masyarakat tradisional. Istilah tradisi berasal dari kata traditum yang artinya warisan.
Tekanan pengertian modernisasi adalah pada teknologi dan organisasi sosial.
Menurut Samuel Huntington proses modernisasi mengandung beberapa ciri pokok sebagai berikut:
- Merupakan proses bertahap, dari tatanan hidup yang primitif-sederhana menuju kepada tatanan yang lebih maju dan kompleks
- Merupakan proses homogenisasi. Modernisasi membentuk struktur dan kecenderungan yang serupa pada banyak masyarakat. Penyebab utama proses homogenisasi ini adalah perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi. Contoh: fenomena coca colonization, Mc world serta californiazation.
- Terwujud dalam bentuk lahirnya sebagai: Amerikanisasi dan Eropanisasi
- Merupakan proses yang tidak bergerak mundur, tidak dapat dihindrkan dan tidak dapat dihentikan
- Merupakan proses progresif (ke arah kemajuan), meskipun tidak dapat dihindari adanya dampak (samping).
- Merupakan proses evolusioner, bukan revolusioner dan radikal; hanya waktu dan sejarah yang dapat mencatat seluruh proses, hasil maupun akibat-akibat serta dampaknya
- Memiliki alam pikiran (state of mind) yang terbuka terhadap pengalaman baru
- Memiliki kesanggupan membentuk dan menghargai opini
- Berorientasi ke depan
- Melakukan perencanaan
- Percaya terhadap ilmu pengetahuan
- Memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu dapat diperhitungkan
- Menghargai orang lain karena prestasinya
- Memiliki perhatian terhadap persoalan politik masyarakat
- Mengejar fakta dan informasi
Menjadi modern identik dengan menjadi kota atau menjadi industri. Sehingga perubahan dari tradisional ke modern, akan identik dengan peubahan dari situasi desa menjadi kota, dan perubahan dari kehidupan agraris ke industri.
Talcott Parson menyebut variable-variabel yang berubah dalam perubahan itu, yaitu
- “Affektivity” ke “Affective Neutrality”. Dari hubungan-hubungan dan tindakan yang didasarkan pada perasaan, ke hubungan-hubungan dan tindakan yang didasarkan pada pertimbangan rasional atau kepentingan tertentu. Modernisasi dan industrialisasi membuat warga masyarakat mampu menunda kesenangan, yang kalau dalam aktivitas ekonomi akan muncul sebagai investasi.
- “Partikularisme” ke “Universalisme”. Dari interaksi dan komunikasi yang terbatas pada kelompok-kelompok, golongan-golongan, atau aliran-alirann, berubah ke lingkup yang lebih luas (universal).
- “Orientasi Kolektif” ke “Orientasi Diri”. Dari orientasi hidup untuk kepentingan kelompok ke kepentingan diri.
- “Askriptif” ke “Achievement”. Dari penghargaan kepada faktor-faktor bawaan lahir, berubah kepada penghargaan-penghargaan berdasarkan prestasi.
- “Functionally diffused” ke “Functionally specified”. Dari cara kerja yang bersifat umum dan serba meliputi, berubah menjadi berdasarakan kekhususan atau spesialiasi yang dibatasi oleh konteks ruang dan waktu. Bandingkan hubungan antara orangtua – anak dengan guru – murid. Orangtua – anak tidak terbatas oleh ruang dan waktu, sedangkan guru – murid dibatasi oleh ruang dan waktu.
Pembangunan merupakan perubahan sosial dengan ciri-ciri sebagai berikut.
- Merupakan perubahan untuk mewujudkan suatu kondisi kehidupan yang lebih baik dari yang sekarang
- Meliputi seluruh aspek kehidupan: fisik, sosial, ekonomi, politik maupun kebudayaan
- Kuantitatif dan kualitatif
- Secara sadar dilakukan
- Menggunakan perencanaan (social planning)
- Menghasilkan perubahan sosial dan kebudayaan
- Dalam prosesnya memerlukan perubahan sosial dan kebudayaan
- Bermuara pada kondisi ideal (maka pembangunan merupakan proses yang tidak pernah selesai)
Dulu pernah disebut “backward nations”
dengan ciri: (1) kemelaratan kronis, (2) kemelaratan tersebut bukan
karena tiadanya SDA, tetapi teknik produksi yg usang.
Istilah tersebut dinilai merendahkan dan
tidak menghargai martabat bangsa-bangsa yang dimaksud, kemudian disebut
“underdeveloped” atau “lower developed countries” (LDC), yg dihadapkan
dng developed atau more developed countries (MDC). Istilah diperbarui
menjadi ”developing countries”= negara-negara sedang berkembang. Dalam
Konferensi Asia Afrika (Bandung, 1955), sebutan tersebut diubah menjadi
“Negara-negara Selatan”. Di lain pihak adalah Negara-negara Utara.
Latar belakang istilah ini adalah bahwa kenyataan sebagian besar
negara-negara yang dimaksud berada di belahan bumi selatan, walaupun
tidak semuanya. Australia meskipun berada di belahan bumi selatan,
tetapi tidak termasuk kelompok negara-negara ini.
Sebutan yang lain: DUNIA KETIGA. Sisi
lain: DUNIA PERTAMA dan KEDUA. Dunia pertama adalah negara-negara maju,
sedangkan dunia kedua adalah negara-negara sosialis di Eropa Timur.
PERMASALAHAN DI NEGARA BERKEMBANG- Tingkat kehidupan yang rendah
- Produktivitas yang rendah
- Pertumbuhan penduduk dan angka ketergantungan (Dependency Ratio) yang tinggi
MACAM-MACAM KEMISKINAN
Menurut jenisnya:
- Absolut (mutlak)
- Relatif (nisbi)
- Subjektif
- Kemiskinan struktural
- Kemiskinan kultural
- Kemiskinan Natural
Kemiskinan Absolut
Ketika sumber daya ekonomi seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya yang paling dasar. Patokannya adalah Garis Kemiskinan.
Garis Kemiskinan
Tentang garis kemiskinan Prof. Sayogya, menggunakan ukuran tingkat konsumsi yang ekuivalen dengan 240 kg beras/kapita/tahun di desa, atau 360 kg beras/kapita/tahun di kota.
Atau dapat juga menggunakan Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) yang ukurannya adalah kemampuan suatu keluarga memenuhi sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako). Wujud real KFM adalah ditetapkannya Upah Minimum Propinsi (UMP) yang sebelumnya disebut sebagai UMR (Upah Minimum Regional). Sebagai gambaran, pada tahun 2010 ini Serikat Pekerja Seluruh Indonesia menyepakati bahwa UMP Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar Rp802.000/pekerja/bulan, dengan asumsi seorang pekerja menanggung beban seorang isteri dan dua orang anak.
Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif merupakan kemiskinan akibat adanya perbandingan kelas-kelas pendapatan. Pengertian kemiskinan relatif menurut BPS (2008) adalah “suatu kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan”.
Kemiskinan subjektif
Dalam pengertian kemiskinan subyektif, setiap orang mendasarkan pemikirannya sendiri dengan menyatakan bahwa kebutuhannya tidak terpenuhi secara cukup walaupun secara absolut atau relatif sebenarnya orang itu tidak tergolong miskin.
Kemiskinan natural
Kemiskinan natural merupakan kemiskinan yang bersumber atau disebabkan oleh karenanya minimnya sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Kemiskinan Kultural
Kemiskinan yang disebabkan oleh sikap hidup masyarakat yang diwarnai oleh The culture of Poverty (kebudayaan kemiskinan).
Pengertian budaya miskin (cultur of poverty)
yang dikemukakan Oscar Lewis digunakan berbagai pihak sebagai rujukan
untuk merumuskan pengertian kemiskinan kultural, sebagai kemiskinan yang
diakibatkan oleh faktor-faktor adat dan budaya suatu daerah tertentu
yang membelenggu seseorang tetap melekat dengan indikator kemiskinan,
seperti
1) sikap malas dan rendahnya etos kerja serta sikap pasrah menerima nasib2) mengutamakan status dari pada fungsi dan prestasi
3) mentalitas meremehkan mutu
4) sikap tidak disiplin dan tidak menghargai waktu
5) sikap tidak jujur
6) hidup bermewah-mewah (hedonis) dan boros; ketidakmampuan menunda kesenangan (affectivity)
7) tiadanya sikap percaya diri (mentalitas bangsa terjajah)
8) prasangka buruk terhadap perubahan dan pembangunan
Kemiskinan struktural
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan
yang ditengarai disebabkan oleh kondisi struktur atau tatanan kehidupan
yang tidak menguntungkan, bukan oleh sebab-sebab atau faktor-faktor
yang alami atau faktor-faktor pribadi dari orang miskin itu sendiri,
melainkan oleh sebab tatanan sosial yang tidak adil.
Tatanan yang tidak adil ini menyebabkan banyak masyarakat gagal untuk
mengakses sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya
maupun untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.
Faktor-faktor tersebut utamanya
ditengarai berasal dari pemerintah dan struktur-struktur kekuasaan yang
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Faktor-faktor penyebab dalam
pengertian kemiskinan struktural antara lain kebijakan sosial yang tidak
berpihak kepada masyarakat, penguasaan sumberdaya secara berlebihan
oleh pemerintah, pembangunan yang tidak dialokasikan secara adil dan
terbatasnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berperan
sebagai subjek dalam pembangunan.
Misalnya persoalan, mengapa seseorang
menjadi penganggur. Sama sekali tidak disebabkan oleh sebab-sebab atau
faktor-faktor yang bersifat individual, melainkan:
1) Perubahan teknologi (mesin-mesin baru)2) Perubahan cara kerja (efisiensi)
3) Pekerjaan dilakukan di tempat/negara lain (globalisasi)
4) Perubahan politik (kebijakan pemerintah)
5) Perubahan budaya (dibutuhkan produk yang berbeda)
Dampak perubahan
Dampak positif perubahan:
Globalisasi
Memudarnya batas-batas fisik/geografik maupun politik dalam masyarakat dunia, sehingga interaksi dan komunikasi sosial di antara orang-orang dapat berlangsung tanpa hambatan-hambatan yang bersifat geografik maupun politik.
Hal positif yang dapat diambil dari globalisasi adalah berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, karena arus informasi dan alih teknologi dapat berlangsung tanpa batas.
HAM
Universalisme yang berkembang sesuai dengan arus perubahan menjadikan orang-orang mengakui akan HAM. Hak-hak azazi manusia tidak lagi dibatasi karena ras yang berbeda, agama yang berbeda, daerah, atau sukubangsa.
Demokratisasi
Terbukanya peluang berpartisipasi dalam proses ekonomi, sosial, politik, maupun kebudayaan bagi segenap warga masyarakat, tidak memandang asal-usul daerah, kesukubangsaan, ras, aliran, ataupun agama.
Modernisasi
Modernisasi merupakan proses menjadi modern. Istilah modern berasal dari kata modo yang artinya yang kini. Sehingga, modernisasi dapat diartikan sebagai cara hidup yang sesuai dengan situasi yang kini ada, atau konteks masa sekarang. Apabila cara hidup suatu masyarakat seperti yang diwariskan oleh nenek-moyang atau generasi pendahulunya, masyarakat tersebut disebut masyarakat tradisional. Istilah tradisi berasal dari kata traditum yang artinya warisan. Tekanan pengertian modernisasi adalah pada teknologi dan organisasi sosial.
Dampak Negatif Perubahan sosial, Modernisasi, dan Pembangunan
Beberapa dampak negatif dari perubahan sosial adalah:
- Westernisasi (meniru gaya hidup orang barat tanpa reserve).
- Sekularisme (pada tingkatnya yang moderat, sekularisme merupakan pandangan hidup yang memisahkan kehidupan agama dengan kehidupan dunia, pada tingkatnya yang lebih ekstrim, sekularisme merupakan pandangan hidup yang menekankan pada pentingnya kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, bahkan sampai pada faham yang tidak mengakui adanya Tuhan)
- Konsumerisme (pandangan hidup bahwa lebih baik membeli produk barang dan jasa daripada membuatnya sendiri)
- Konsumtivisme (mengkonsumsi barang dan jasa yang sebenarnya bukan merupakan keperluannya)
- Hedonisme (cara hidup bermewah-mewah untuk mengejar prestise atau gengsi tertentu)
- Liberalisme (faham kebebasan berfikir, misalnya Islam Liberal)
- Feminisme (gerakan sosial yang berupaya menempatkan perempuan dalam urusan-urusan public).
- Separatisme/pemberontakan/pergolakan daerah
- Kesenjangan sosial dan ekonomi, yang terjadi karena ketidakadilan dalam proses pembangunan, misalnya karena menekankan atau memprioritaskan daerah atau golongan sosial tertentu
- Munculnya berbagai tindak kejahatan, baik yang berupa kejahatan kerah putih (white collar crime) maupun yang berupa kejahatan kerah biru (blue collar crime)
- Munculnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kenakan remaja, prostitusi, dan sebagainya yang disebabkan oleh adanya keinginan untuk menyesuaikan dengan taraf hidup, tetapi tidak didukung oleh kemampuan dan ketrampilan yang memadai (demonstration effect)